WIR@, KABUPATEN BANDUNG - Pemerintah Kabupaten Bandung menetapkan Desa Ciporeat Kecamatan
Cilengkrang sebagai Desa Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) pertama
di wilayah Kabupaten Bandung. Penetapan itu seiring dengan
keberhasilan yang telah dicapai desa tersebut dalam mewujudkan wilayah
yang 100% warganya tidak buang air besar sembarangan.
Sekretaris Daerah Kabupaten Bandung, Ir.H.Sofian Nataprawira, MP berharap keberhasilan yang telah diraih desa Ciporeat dapat ditiru dan mendorong desa-desa lainnya di Kabupaten Bandung untuk menerapkan prilaku higienis di wilayahnya masing-masing.
“Selaku pemerintah daerah kami sangat mengapresiasi keberhasilan ini”, ucap Sofian Nataprawira pada kegiatan Pencanangan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) dan Pendeklarasian Desa Ciporeat Sebagai Desa SBS di seputar area RM.Gumbira, Desa Ciporeat Cilengkrang.
Menurut Sofian keberhasilan desa Ciporeat perlu di apresiasi semua pihak, karena selain mampu mewujudkan desa yang bersih dari buang air besar sembarangan, Desa Ciporeat pun mampu menyelesaikan pembangunan ratusan jamban masyarakat secara swadaya sendiri.
“Melihat data yang ada, sedikitnya ada 200 titik jamban sehat yang telah dibangun oleh desa ini. Anggarannya murni dari swadaya masyarakat desa tersebut sebesar 400 juta rupiah. Rasa kebersamaan dan kerjasama yang luar biasa”, puji Sofian.
Kendati demikian, lanjut Sofian bukan berarti pemerintah tidak ada atensi untuk membantu menyediakan anggaran untuk pembangunan jamban masyarakat. Sofian meminta kepada seluruh jajaran terkait untuk menganggarkan kegiatan jamban sehat dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bandung.
“Anggaran jamban masyarakat harus dan wajib dimasukan dalam APBD, ini sebagai tanda perhatian kita selaku pemerintah daerah kepada seluruh pelosok desa di Kabupaten Bandung”, tegas Sofian.
Kepala Desa Ciporeat, Uu Helmiadi mengatakan dalam kurun 9 (sembilan) bulan sejak Desember 2013 hingga September 2014, pihaknya telah berhasil menyelesaikan kegiatan pembangunan jamban masyarakat sebanyak 200 titik yang tersebar di 9 RW yang terbagi di 716 Kepala Keluarga (KK), dari 1.483 KK yang ada, dengan jumlah penduduk sebanyak 2.320 jiwa dari seluruh jumlah penduduk desa Ciporeat sebanyak 4.803 jiwa”, jelas Helmiadi.
Diakui Helmiadi, dalam pelaksanaannya, tidak sedikit kendala yang ditemui saat berusaha
melakukan penyadaran dan mengubah prilaku masyarakat untuk menuju pola hidup bersih dan sehat. “Namun berkat usaha keras Kami, Tim SBS Desa Ciporeat yang terdiri dari unsur UPTD Yankes Cilengkrang, bidan, aparat desa, BPD, LPM serta Forum Desa Siaga, akhirnya Kami bisa melaluinya” terangnya.
Upaya yang telah dilakukan, lanjut Helmiadi diantaranya adalah rutin melakukan sosialisasi, memotivasi, penyadaran warga hingga pelaksanaan dan motimoring secara terus menerus. “Perjuangan ini diawali dengan penyadaran kepada warga terhadap bahaya buang air besar sembarangan hingga melakukan insfeksi mendadak (sidak) kepada warga yang masih buang air besar sembarangan”, bebernya.
“Alhamdulillah dengan rasa tanggungjawab dan kebersamaan kami, serta dilandasi semangat Sabilulungan Raksa Desa, pada September lalu sudah tidak ada lagi warga kami yang buang air besar sembarangan di sungai, pekarangan maupun di kebun”,ucapnya menambahkan.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, dr.Achmad Kustidjadi, M.Epid menjelaskan STBM merupakan pendekatan untuk merubah perilaku higienis dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat yang menekankan kepada lima pilar perilaku higienis antara lain Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS), Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), Pengelolaan Air Minum di Rumah Tangga (PAMRT), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga serta Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga.
Dikatakan Achmad, persoalan di sektor sanitasi hampir dihadapi semua kabupaten/kota di Indonesia termasuk Kabupaten Bandung. Kurangnya dukungan insfrastruktur sanitasi yang memadai dan rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pola hidup bersih menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas dan kuantitas sanitasi.
Akibat kondisi tersebut, kata Achmad dari seluruh jumlah penduduk Kabupaten Bandung sebesar 3,4 juta jiwa, pada tahun 2013 terdapat 186.644 orang terkena penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut).
Sementara untuk penderita diare dalam setahun mencapai 56.550 orang, yang sebenarnya bisa di cegah dengan pencanangan STBM ini. "Banyaknya penderita diare disebabkan karena sanitasi lingkungan dan gaya hidup warga yang belum baik. Warga belum terbiasa untuk mencuci tangan sebelum dan setelah makan," ujarnya.
Achmad menilai hingga saat ini, mayoritas warga banyak yang mengabaikan kebiasaan cuci tangan pakai sabun. Padahal kegiatan ini, menurutnya sangat efektif untuk mencegah terjadinya diare. “Cuci tangan pakai sabun merupakan hal yang mudah, namun sering diabaikan warga”, pungkasnya (tim).
Sekretaris Daerah Kabupaten Bandung, Ir.H.Sofian Nataprawira, MP berharap keberhasilan yang telah diraih desa Ciporeat dapat ditiru dan mendorong desa-desa lainnya di Kabupaten Bandung untuk menerapkan prilaku higienis di wilayahnya masing-masing.
“Selaku pemerintah daerah kami sangat mengapresiasi keberhasilan ini”, ucap Sofian Nataprawira pada kegiatan Pencanangan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) dan Pendeklarasian Desa Ciporeat Sebagai Desa SBS di seputar area RM.Gumbira, Desa Ciporeat Cilengkrang.
Menurut Sofian keberhasilan desa Ciporeat perlu di apresiasi semua pihak, karena selain mampu mewujudkan desa yang bersih dari buang air besar sembarangan, Desa Ciporeat pun mampu menyelesaikan pembangunan ratusan jamban masyarakat secara swadaya sendiri.
“Melihat data yang ada, sedikitnya ada 200 titik jamban sehat yang telah dibangun oleh desa ini. Anggarannya murni dari swadaya masyarakat desa tersebut sebesar 400 juta rupiah. Rasa kebersamaan dan kerjasama yang luar biasa”, puji Sofian.
Kendati demikian, lanjut Sofian bukan berarti pemerintah tidak ada atensi untuk membantu menyediakan anggaran untuk pembangunan jamban masyarakat. Sofian meminta kepada seluruh jajaran terkait untuk menganggarkan kegiatan jamban sehat dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bandung.
“Anggaran jamban masyarakat harus dan wajib dimasukan dalam APBD, ini sebagai tanda perhatian kita selaku pemerintah daerah kepada seluruh pelosok desa di Kabupaten Bandung”, tegas Sofian.
Kepala Desa Ciporeat, Uu Helmiadi mengatakan dalam kurun 9 (sembilan) bulan sejak Desember 2013 hingga September 2014, pihaknya telah berhasil menyelesaikan kegiatan pembangunan jamban masyarakat sebanyak 200 titik yang tersebar di 9 RW yang terbagi di 716 Kepala Keluarga (KK), dari 1.483 KK yang ada, dengan jumlah penduduk sebanyak 2.320 jiwa dari seluruh jumlah penduduk desa Ciporeat sebanyak 4.803 jiwa”, jelas Helmiadi.
Diakui Helmiadi, dalam pelaksanaannya, tidak sedikit kendala yang ditemui saat berusaha
melakukan penyadaran dan mengubah prilaku masyarakat untuk menuju pola hidup bersih dan sehat. “Namun berkat usaha keras Kami, Tim SBS Desa Ciporeat yang terdiri dari unsur UPTD Yankes Cilengkrang, bidan, aparat desa, BPD, LPM serta Forum Desa Siaga, akhirnya Kami bisa melaluinya” terangnya.
Upaya yang telah dilakukan, lanjut Helmiadi diantaranya adalah rutin melakukan sosialisasi, memotivasi, penyadaran warga hingga pelaksanaan dan motimoring secara terus menerus. “Perjuangan ini diawali dengan penyadaran kepada warga terhadap bahaya buang air besar sembarangan hingga melakukan insfeksi mendadak (sidak) kepada warga yang masih buang air besar sembarangan”, bebernya.
“Alhamdulillah dengan rasa tanggungjawab dan kebersamaan kami, serta dilandasi semangat Sabilulungan Raksa Desa, pada September lalu sudah tidak ada lagi warga kami yang buang air besar sembarangan di sungai, pekarangan maupun di kebun”,ucapnya menambahkan.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, dr.Achmad Kustidjadi, M.Epid menjelaskan STBM merupakan pendekatan untuk merubah perilaku higienis dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat yang menekankan kepada lima pilar perilaku higienis antara lain Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS), Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), Pengelolaan Air Minum di Rumah Tangga (PAMRT), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga serta Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga.
Dikatakan Achmad, persoalan di sektor sanitasi hampir dihadapi semua kabupaten/kota di Indonesia termasuk Kabupaten Bandung. Kurangnya dukungan insfrastruktur sanitasi yang memadai dan rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pola hidup bersih menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas dan kuantitas sanitasi.
Akibat kondisi tersebut, kata Achmad dari seluruh jumlah penduduk Kabupaten Bandung sebesar 3,4 juta jiwa, pada tahun 2013 terdapat 186.644 orang terkena penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut).
Sementara untuk penderita diare dalam setahun mencapai 56.550 orang, yang sebenarnya bisa di cegah dengan pencanangan STBM ini. "Banyaknya penderita diare disebabkan karena sanitasi lingkungan dan gaya hidup warga yang belum baik. Warga belum terbiasa untuk mencuci tangan sebelum dan setelah makan," ujarnya.
Achmad menilai hingga saat ini, mayoritas warga banyak yang mengabaikan kebiasaan cuci tangan pakai sabun. Padahal kegiatan ini, menurutnya sangat efektif untuk mencegah terjadinya diare. “Cuci tangan pakai sabun merupakan hal yang mudah, namun sering diabaikan warga”, pungkasnya (tim).
Tidak ada komentar: